JAKARTA:PT. Global Mediacom Tbk, secara bertahap menjual saham anak perusahaannya yang memeiliki kegiatan diluar bisnis media.
Salah satu saham anak perusahaan yang akan dilepas PT. Mobile-8 Telecom Tbk, penyedia jasa telepon Fren, kepada PT. Bakrie Telecom Tbk (BTEL), operator seluler berbasis code division multiple access (CDMA) Esia.
"Kami mengkaji untuk fokus ke bisnis inti, yaitu media. Anak perusahaan yang berada diluar bisnis media akan kami lepas",ujar Presiden Grup dan CEO Global Mediacom Tbk, Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo kepada Bisnis akhir pekan lalu.
Namun dia tidak bersedia berkomentar mengenai penjualan saham Mobile-8 kepada Bakrie Telecom.
Sebagai langkah awal divestasi Mobile-8, Global Mediacom pada awal bulan ini melepas 15,8% saham atau 3,19 miliar saham operator Fren ke pasar pada harga Rp.143 persaham dengan nilai Rp.457,54 miliar.
Dengan demikian, kepemilikan Global Mediacom berkurang dari 66,8% menjadi 51%.
"Tujuan dari transaksi itu adalah memperkuas fokus perseroan dibisnis media", tutur Hary. Namun dia tidak bersedia menjelaskan mengenai identitas investor yang membeli saham Mobile-8 itu.
Presdir Mobile-8 Wityasmoro Sih Handayanto mengatakan masalah divestasi itu merupakan urusan pemegang saham. "Saya tidak pernah mengetahui rencana itu dan [hal tersebut] tidak ada urusannya dengan Direksi.
Segera diumumkan
Sumber Bisnis yang mengetahui transaksi itu menambahkan kelompok Bakrie serius dengan rencana tersebut dan mereka membeli saham itu dipasar. "Mereka sudah bernegosiasi dan tidak lama lagi diumumkan kepublik.
Bisnis CDMA yang dikembangkan Mobile-8 sama dengan yang dioperasikan oleh BTEL saat ini, sehingga sangat mudah menyatukan keduanya dalam satu etnis bisnis.
Pemilik Grup Bakrie, Nirwan Dermawan Bakrie yang ditemui Bisnis kemarin tidak bersedia menjawab soal itu, "Saya tidak bisa menjawab. Tanyakan saja pada pak Anin (Anindya Novyan Bakrie, Dirut BTEL), ujarnya.
Ketika dihubungi Anindya Bakrie belum bersedia menjelaskan transaksi itu lebih jauh.
Namun, eksekutif yang mengetahui transaksi tersebut memastikan BTEL membeli 15,8%saham Mobile-8 itu melalui pasar.
"Keahlian Global Mediacom kan diindustri pertelevisian. Persaingan di industri ini luar biasa ketat. Kami butuh fokus", ujarnya.
Selain menjual Mobile-8 kepada Bakrie Telecom, katanya Mobile-8 juga menjajaki mekanisme merger dengan Bakrie Telecom.
"Kedua operator terbukti mampu melalui masa sulit. Frequensinya sama 800 Mhz. Fren dan Esia sama-sama bergerak, tapi Esia di CDMA dan Fren disektor Fixed-wireless. Mereka saling melengkapi melalui merger ini dan daya saing mereka pasti meningkat" ujarnya.
Menurut dia, jika merger itu direalisasikan, saham Global Mediacom di Mobile-8 otomatis terdilusi.
Namun kekuatan aset Mobile-8 dan B-TEL akan membentuk perusahaan telekomunikasi batu terbesar keempat di Indonesia. Nilai aset gabungan Mobile-8 dan BTEL bisa mencapai Rp.12,6 triliun, dengan perincian 1.500 base transceiver station Fren Rp. 4,6 Triliun dan aset Bakrie Telecom Rp.8 triliun.
Sebagai perbandingan total aset PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Rp.85 triliun, PT.Indosat Rp.46 trilun dan PT. Excelcomindo Pratama Tbk Rp.23 triliun.
Seorang Bankir investasi membenarkan BTEL ditawari saham Mobile-8. "Karena operator Fren menyerah, apalagi persaingan di bisnis seluler semakin ganas". (Abraham Runga/M. Munir Haikal)
Kamis, 06 Agustus 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar